Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai usaha andalan memiliki banyak kontribusi bagi ketahanan ekonomi di Indonesia. Namun, kurangnya informasi pasar menjadi kelemahan saat memasarkan produk. Juga berimbas pada lemahnya daya saing di pasar global.
Berbagai usaha kerap digencarkan guna melebarkan sayap UMKM. Salah satunya paguyuban di Kabupaten Blitar, menjadi salah satu daerah yang menjadi sorotan perkembangan UMKM. Pasalnya, paguyuban Blitar punya berbagai tips dan strategi unik dalam melebarkan skala dan daya saing UMKM di pasar global.
Fakta inilah yang ditangkap tim peneliti Universitas Negeri Malang. Tim terdiri dari Fina Afidatul Khusna, Indra Setyowati, Mei Rina Dewi, Otniel Bimo C.N dan Vika Annisa Qurrata SE.ME. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara bersama salah satu pendiri paguyuban usaha di Blitar berinisial DH pada 9 Desember 2021.
“Blitar menyimpan banyak peluang usaha yang bisa dirintis, mulai dari bidang peternakan, pertanian, pupuk, media tanam organik, makanan dan minuman. Tapi keberhasilan usaha tergantung pada manajerial dan kondisi tempat usaha berlangsung,” tutur DH.
Tidak ada kata sukses tanpa ada rintangan. Hal ini serupa dengan apa yang dialami para UMKM di Blitar. Pasalnya, banyak sekali rintangan sekaligus tantangan yang harus diselami para UMKM guna melebarkan sayap mereka. Mulai dari tidak tau cara memasarkan produk, pengelolaan keuangan dan juga pembelian bahan baku yang masih eceran.
“Banyak sekali pelaku UMKM yang bisa membuat produk bagus tapi tidak tau cara memasarkan produk. Tidak jarang para pelaku bisnis dari usia tua kesulitan mengikuti perkembangan digitalisasi marketing. Bahkan banyak dari mereka yang malas mencatat keuangan karena sudah kesulitan dalam memasarkan produk,” ujar DH.
Dari kondisi paguyuban di Blitar, tim observasi merangkum 5 strategi bisnis yang digunakan guna melebarkan sayap UMKM. Mulai dari pelatihan hingga insentif pendampingan.
Strategi awal yang dilakukan berupa menciptakan wadah ala-ala paguyuban. Paguyuban inilah yang akan menjadi rumah berbagi suka duka para pebisnis UMKM. Juga melatih dan memberikan bimbingan pada usaha rintisan.
Strategi kedua dilakukan dengan UMKM senior merangkul para perintis usaha. Mereka dapat menitipkan produk pada UMKM senior. Pasalnya, strategi ini mampu menjadi peluru yang merangsang produk dikenal khalayak masyarakat.
Banyak sekali komunitas-komunitas UMKM bermunculan. Ini menjadi strategi ketiga yang digencarkan paguyuban guna melebarkan sayap UMKM. Tidak hanya bertatap muka, tapi mereka juga membuat group komunitas dari whatsapp guna berkoordinasi dan diskusi bersama.
Strategi keempat ala paguyuban Blitar berupa kemudahan memberikan dana dan perizinan usaha. Pemerintah juga memberikan kemudahan pada pengajuan hak paten usaha. Ini menjadi dukungan internal yang sangat penting.
“Saat ini UMKM sudah melakukan pemasaran dua arah yaitu secara offline (menyebarkan brosur, mengikuti pameran UMKM dan lain-lain), juga pemasaran digital (online melalui whatsapp, marketplace, dan facebook), “ ujar DH. Ini menjadi startegi kelima yang digencarkan paguyuban Blitar, hingga meraup omset dengan rata-rata naik sebesar 3%.
Dari 5 strategi bisnis ala paguyuban Blitar menunjukkan perluasan sayap UMKM yang cukup signifikan. Juga terlihat dari banyaknya pendistribusian dan penyuplaian produk ke wisata-wisata hingga ekspor ke beberapa negara tetangga.