Ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang berfokus pada kunjungan alam dengan meminimalisir eksternalitas negatif dari kegiatan wisata, mendukung konservasi lingkungan, memberdayakan masyarakat lokal, serta memberikan pengalaman pendidikan dan penghargaan terhadap keanekaragaman hayati dan budaya. Ekowisata ini sangat erat kaitanya dengan Blue Economy (BE). Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna merupakan salah satu ekowisata yang saat ini sedang eksis di wilayah pesisir selatan. Clungup Mangrove Conservation Tiga Warna yang terletak di Desa Tambakrejo, Malang Selatan adalah salah satu pantai yang dikelola oleh masyarakat berbasis komunitas.

Dalam aplikasinya, manajemen CMC Tiga Warna dapat dikatakan berhasil dalam melaksanakan manajemen operasional yang terstruktur. Salah satunya adalah pendanaan dari tiket masuk dan pengawasan zona konservasi. Dimana tujuan tersebut selaras dengan konsep ekowisata. Lebih lanjut, manajemen lingkungan, kebersihan, dan keberlimpahan daya tarik wisata turut mendukung daya saing CMC untuk dapat dikenal oleh masyarakat luas. Berjalannya kegiatan ekowisata tersebut memberikan multiplier-effect bagi ekonomi lokal dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Dari tata laksana manajemen ekowisata yang telah apik, terdapat beberapa persoalan yang masih eksis dan cukup esensial untuk segera mendapatkan solusi dan strategi penyelesaian. Permasalahan konflik sosial sering didapati dan terjadi misalnya pada penerapan adat pada pengelolaan Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna belum sepenuhnya maksimal. Hal ini dikarenakan dari sisi pengelola masih minim akan pengetahuan teknologi sehingga pemasaran CMC dapat dikatakan kurang maksimal. Kendala akan bahasa juga menjadi penghalang bagi masyarakat dan pengelola dalam mempromosikan CMC ke manca negara.

Dari analisis permasalahan yang ada tim Dosen muda Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang, Muhammad Hasyim Ibnu Abbas, Magistyo Purboyo Priambodo, dan Ermita Yusida, bersama Mitra Pokdarwis Sitiarjo Asri selaku pengelola CMC Tiga Warna melaksanakan kegiatan dharma penelitian dan pengabdian mengenai ecotourism berbasis komunitas (community based) yang berkelanjutan dengan tujuan terciptanya area Marine Protected Area (MPA) yang melindungi kawasan laut  serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah sekitar CMC. Dengan adanya small-forum group discussion kegiatan ini bagi mitra Pokdarwis Sitiarjo Asri menjadi salah satu titik terang untuk dapat memberdayakan CMC mendunia seiring dengan meningkatkan kelestarian lingkungan, pertumbuhan ekonomi lokal, dan pengentasan kemiskinan di Pesisir Pantai Malang Selatan. Dalam kegiatan small FGD bersama beberapa stakeholders, pengelola, dan masyarakat, tim peneliti dosen muda FEB UM menawarkan beberapa strategi dan solusi dari permasalahan yang sedang eksis. Strategi-strategi ini mencakup pendekatan pendidikan yang lebih intensif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya pemberian pelatihan berbahasa kepada pengelola, memberikan perhatian terhadap kelompok usia yang lebih tua untuk memegang peran penting (misalnya sebagai pembina, tetua, dan pengawas) dalam menjaga tradisi, adat, dan pengetahuan lokal, serta mempertimbangkan keberagaman etnis dalam pengembangan dan pengelolaan wisata mengingat keberagaman etnis juga berpotensi mempengaruhi pola sosial, ekonomi, dan budaya di kawasan CMC.

“Terima kasih kepada bapak dan ibu tim dosen atas kesediannya telah mengadakan fasilitasi dengan kami untuk pengembangan CMC Tiga Warna. Beberapa masukan yang telah diberikan terhadap permasalahan yang selama ini menjadi PR Pokdarwis, kini telah memiliki titik terang bagi kami” ucap Ketua Pokdarwis Sitiarjo asri dalam sesi penutupan small-FGD yang diadakan dalam rangkaian penelitian. Dalam situasi tersebut Bapak Kepala Desa Tambak Rejo juga memberikan pesan bahwa “semoga kegiatan dengan bapak/ibu tim dosen dapat berjalan berelanjutan dalam mengiringi kami untuk dapat membesarkan dan melestarikan CMC Tiga Warna ini” tutupnya.

Sinergi Kerjasama antar berbagai pihak yang disebutkan di atas menjadi bukti bahwa kegiatan ini bisa dianggap sebagai perwujudan kontribusi pihak-pihak terkait dalam mencapai Tujuan Pembangunan Global (SDG-17 Kemitraan untuk Mencapai tujuan). Kegiatan tersebut mencakup SDG-1 (Tanpa Kemiskinan) dan SDG-8 (Pekerjaan Layak) karena mampu mengangkat perkonomian pengelola dan warga sekitar pantai. Selain itu, kegiatan ini juga mencakup SDG-11 (Komunitas dan Kota yang Berkelanjutan) dan SDG-14 (Menjaga Ekosistem Laut) karena dengan pengembangan kawasan ini, komunitas Pokdarwis akan mampu terus-menerus secara berkelanjutan mendapatkan manfaatnya dan tentu wawasan Blue Economy mampu menjaga ekosistem laut.