TUBAN, JAWA TIMUR – Dalam upaya mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 2 (Tanpa Kelaparan), Tim Tri Dharma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang (FEB UM) menggelar sosialisasi pemanfaatan potensi lokal untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat Tuban, Jawa Timur. Kegiatan yang berlangsung pada Selasa(23/7/2024) ini menarik antusiasme warga setempat dan dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai lapisan masyarakat.
Dr. Hari Wahyono, M.Si., Ketua Tim Tri Dharma FEB UM, dalam sambutannya menekankan pentingnya ketahanan pangan dalam konteks pembangunan berkelanjutan. “Ketahanan pangan bukan hanya tentang ketersediaan makanan, tetapi juga tentang akses, pemanfaatan, dan stabilitas sistem pangan secara keseluruhan,” ujarnya. Wahyono juga menjelaskan bagaimana upaya peningkatan ketahanan pangan sejalan dengan SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), mengingat akses terhadap pangan yang cukup dan bergizi merupakan komponen kunci dalam pengentasan kemiskinan.
Sosialisasi ini menghadirkan dua pembicara utama dari FEB UM, masing-masing membawakan materi yang saling melengkapi. Dr. Agus Sumanto, M.Si., menyampaikan materi bertajuk “Optimalisasi Potensi Lokal untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan”. Sumanto menekankan pentingnya identifikasi dan pemanfaatan sumber daya lokal dalam memperkuat sistem pangan daerah. “Dengan memanfaatkan potensi lokal, kita tidak hanya menjamin ketersediaan pangan, tetapi juga mendukung ekonomi lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor,” jelasnya.
Sementara itu, Dr. Rizky Dwi Putri, M.Pd., membawakan materi “Inovasi Pengolahan Pangan Lokal untuk Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi”. Putri membahas berbagai teknik pengolahan pangan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan nilai ekonomi produk lokal. “Inovasi dalam pengolahan pangan tidak hanya meningkatkan daya simpan dan nilai gizi, tetapi juga membuka peluang usaha baru bagi masyarakat,” ungkapnya. Materi ini secara tidak langsung mendukung SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) dengan mendorong pemanfaatan sumber daya lokal secara efisien dan berkelanjutan.
Peserta sosialisasi, yang terdiri dari petani, pelaku UMKM, dan tokoh masyarakat, menunjukkan antusiasme tinggi selama sesi diskusi. Ibu Siti, seorang petani lokal, mengungkapkan, “Sosialisasi ini membuka wawasan kami tentang potensi yang selama ini mungkin terabaikan. Kami jadi lebih percaya diri untuk mengembangkan produk pangan lokal.”
Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa KKN UM yang berperan aktif dalam memfasilitasi diskusi dan demonstrasi pengolahan pangan lokal. Keterlibatan mahasiswa ini tidak hanya memberikan pengalaman berharga bagi mereka, tetapi juga memperkuat hubungan antara universitas dan masyarakat, sejalan dengan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dalam konteks yang lebih luas, sosialisasi ini juga menyentuh aspek SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan). Dr. Wahyono menjelaskan, “Ketahanan pangan yang kuat di tingkat lokal berkontribusi pada terciptanya kota dan permukiman yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Ini termasuk pengurangan risiko bencana pangan dan peningkatan ketahanan masyarakat terhadap guncangan ekonomi.”
Sebagai tindak lanjut dari sosialisasi ini, Tim Tri Dharma FEB UM berencana untuk melakukan pendampingan berkala kepada masyarakat Tuban dalam mengembangkan produk pangan lokal. “Kami akan membantu dalam hal peningkatan kualitas produk, pengemasan, dan strategi pemasaran,” tambah Dr. Putri. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat rantai nilai pangan lokal dan membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk masyarakat Tuban.
Keberhasilan program ini tidak hanya akan berdampak pada peningkatan ketahanan pangan, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Dengan memanfaatkan potensi lokal secara optimal, Tuban diharapkan dapat menjadi model percontohan bagi daerah lain dalam mengintegrasikan ketahanan pangan dengan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Melalui inisiatif seperti ini, Universitas Negeri Malang terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pencapaian SDGs, khususnya di tingkat akar rumput. Sosialisasi dan pendampingan yang dilakukan tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk menjadi agen perubahan dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.