Ditengah krisis kesehatan akibat adanya pandemi COVID-19 yang belum juga usai, pengobatan tradisional menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan masyarakat untuk memutus rantai penularan serta menjaga imunitas tubuh. Jamu merupakan obat herbal tradisional yang telah dipraktekkan selama berabad-abad di masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan. Jamu dapat berfungsi untuk menjaga imunitas tubuh agar terhindar dari virus yang sedang merebak. Tanaman yang dapat dikonsumsi dan dibuat menjadi jamu untuk immune booster antara lain adalah temulawak, kunyit, dan jahe.

Untuk meningkatkan diversifikasi produk UKM Biofarmaka di Indonesia memerlukan adopsi teknologi dan inovasi produk. Posisi strategis teknologi produksi memiliki makna yang sangat komplek, yakni untuk peningkatan produktivitas, efisiensi dan proses, dan peningkatan kualitas dan nilai tambah. Tantangan pemanfaatan teknologi pascapanen ke depan adalah pemanfaatan teknologi yang mampu menekan tingkat kehilangan hasil dan meningkatkan mutu produk. Sehingga Good Handling Practices (GHP) dan Good Manufactured Practices (GMP) menjadi sangat penting.  Cara produksi pangan yang baik (CPPB) juga harus diterapkan sebagai pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi pangan agar bermutu, aman, dan layak untuk dikonsumsi.

Industri jamu tradisional telah berkembang di desa Karangrejo , kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang yang berjarak 34,3 kilometer dari kota Malang sejak 1993. Karena peranannya besar dalam mendukung perekonomi masyarakat maka didirikanlah wadah “Paguyuban Jamu Gendhong Kartini”. Paguyuban Jamu Gendhong Kartini memiliki 30 anggota aktif. Produk jamu gendhong meliputi : minuman beras kencur, kunyit asem, temulawak sinom kunyit suruh, cabe puyang serta jahe, kunyit dan temulawak instan. Bahan-bahan pembuat jamu didapat masyarakat dari pekarangan rumah mereka sendiri atau dari toko-toko terdekat maupun dari Pasar Kromengan. Sudah menjadi tradisi dalam masyarakat penjual jamu Desa Karangrejo apabila mereka kehabisan bahan dari pekarangan sendiri, mereka bisa membeli atau memintanya dari masyarakat di desa sekitar. Penjualan jamu hanya berkisar di sekitar wilayah Kabupaten Malang saja. Penjual jamu gendongan bergerak radius 5-10 km, sedangkan penjual jamu dengan sepeda motor bergerak pada radius 10-40 km, dan  penjual jamu dengan mobil bergerak pada radius 30 km dari Kec. Kromengan.

Kegiatan Pelatihan dilakukan pada tanggal 15-16 Juli 2022 di desa Karangrejo Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Secara astronomis Kecamatan Kromengan Malang terletak di antara 112,2776  112,3231 BT, dan 8,0882-8,0567 LS. Letak geografi seluruh desa Kecamatan Kromengan adalah dataran dengan topografi seluruh desa tergolong dataran. Luas kawasan Kecamatan Kromengan secara keseluruhan adalah sekitar 38,63 km atau sekitar 1,30 persen dari total luas Kabupaten Malang. Batas wilayah Kecamatan Kromengan adalah sebelah utara Kecamatan Wonosari, sebelah Timur Kecamatan Kepanjen, sebelah Selatan Kecamatan Sumberpucung dan sebelah Barat Kabupaten Blitar. Hadir dalam kegiatan ini adalah Prof. Dr. Etty Soesilowati, M.Si, doen pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Binsis Universitas Negeri Malang, bersama dengan Dr.Farida Rahmawati, ME dan dibantu ooleh mahasiswa dari Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang.Kegiatan diikuti oleh para pengrajin jamu tradisional sebanyak 50 orang.

Kegiatan diseminasi teknologi dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan. Kegiatan pelatihan dimulai dengan mengadakan pre-test untuk melihat sejauhmana pemahaman pengrajin jamu gendong atas proses dan manfaat produk, mekanisme perijinan serta manfaat sistem kelembagaan. Kegiatan dikuti oleh 30 anggota aktif paguyuban jamu gendong Kartini.

Kegiatan pelatihan aspek produksi meliputi : peningkatan kapasitas SDM dalam pemanfaatan teknologi tepat guna dan diversifikasi produk olahan jamu, peningkatan kapasistas SDM dalam higienis sanitasi produksi. Sedangkan pendampingan dilakukan pada aspek pemasaran meliputi : pengurusan ijin edar produk, branding dan pemasaran Online. Pada aspek kelembagaan kegiatan pendampingan meliputi : pembentukan KUB, legalitas Badan Usaha dan pembuatan AD/ART.

Penerapan mesin-mesin teknologi tepat guna dapat memberikan perubahan perilaku penjual dari yang awalnya menjual produk dalam bentuk mentah atau langsung minum menjadi dalam bentuk yang lebih bervariasi. Adanya perubahan ini tentunya dapat meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Selain itu, penerapan teknologi tepat guna juga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan produsen. Dengan adanya mesin penggiling dan pemasak rempah omset UMKM yang bergerak pada jamu tradisional mampu meningkat sebesar 80%. Dengan spesifikasi yang telah disediakan oleh mesin ini, proses memasak ramuan lebih cepat dan hemat energi, yang selama ini menggunakan tenaga manusia yang menyebabkan kelelahan karena proses pemasakan berlangsung lama dan perlu terus diaduk.

Introduksi mesin pemasak rempah mampu meningkatkan produktivitas dan diversifikasi  produk minuman rempah. Aplikasi alat pemasak rempah alami dengan pengaduk mempunyai kapasitas 5 kg/jam. Alat ini sangat efektif karena dapat menghemat tenaga, menghasilkan kristal 25% lebih banyak. Otomatisasi dalam proses pengadukan sekaligus dapat mempercepat pembentukan kristal yang semula berlangsung 3 jam secara konvensional menjadi 2 jam, dan produk besaran kristal lebih homogen serta higienitas produk terjaga. Kondisi ini jelas berrujung pada peningkatan keuntungan pengrajin.